Essay Techno-F
Fateta Menjawab Krisis Energi di Indonesia
Pendahuluan
Telah kita ketahui bahwa jumlah penduduk Indonesia selalu mengalami peningkatan di setiap tahunnya. Jumlah penduduk yang meningkat juga mengimplikasikan peningkatan pertumbuhan industri dan mobilisasi penduduk, hal itu akan berdampak pada konsumsi energi nasional yang juga semakin meningkat. Pada tahun 2010, kebutuhan BBM 97.100.000 kiloliter dan yang harus diimport sebesar 52.600.000 kiloliter sedangkan diperkirakan pada tahun 2015 kebutuhan BBM menjadi 136.200.000 kiloliter dan impornya menjadi 89.700.000 kiloliter. (Hayun 2008)
Cadangan minyak bumi yang ada di Indonesia terus menyusut, berbanding terbalik dengan konsumsi energi nasional. Pada tahun 1974, Indonesia memiliki cadangan minyak bumi 15.000 metrik barel (MB) dan menurun menjadi 5.123 MB pada tahun 2000, dan 4.301 MB pada tahun 2005 (OPEC Annual Statistic Bulletin 2005). Penurunan cadangan minyak bumi ini disebabkan oleh gencarnya eksploitasi tanpa diimbangi dengan eksplorasi geologi untuk menemukan cadangan minyak bumi terbaru. Tanpa ditemukan cadangan minyak baru, persediaan cadangan minyak Indonesia hanya dapat dieksploitasi sampai kirat-kira tahun 2035 (Dartanto 2005).
Pemerintah telah menginstruksikan untuk mengembangkan mengamanatkan bahan bakar alternatif untuk mengurangi ketergantungan dan menggantikan BBM. Bahan bakar alternatif tersebut dapat berupa biofuel seperti bioethanol, biobutanol dan biodiesel yang diproduksi dengan menggunakan biomassa tanaman sebagai bahan bakunya. Penggunaan biofuel sebagai pengganti BBM juga dapat mengurangi dampak negatif penggunaan BBM terhadap lingkungan, yang dikenal dengan efek rumah kaca.
Indonesia sangat potensial untuk mengembangkan biofuel ini karena masih memiliki lahan pertanian yang luas, di samping itu hasil samping pengolahan produk pertanian juga tersedia dalam jumlah banyak. Hal inilah yang akan terus dimanfaatkan oleh Fakultas Teknologi Pertanian IPB guna menjawab tantangan bangsa atas krisis energi yang terjadi di Indonesia.
Pengembangan Biofuel di Fateta IPB
Salah satu pengembangan Biofuel oleh Fateta IPB khususnya Departemen Teknik Pertanian adalah merekayasa proses produksi minyak kelapa agar kekentalannya sama dengan bahan bakar solar, sehingga tercipta bahan substitusi BBM jenis solar yang efektif. Teknik ini memanfaatkan suhu knalpot untuk mengubah kekentalan minyak kelapa agar sama dengan solar. Gas buang knalpot memiliki temperatur 350-360 derajat celcius sehingga diperlukan koil pendingin untuk menurunkan temperatur knalpot. Kemudian minyak kelapa melalui sebuah selang dialirkan melalui knalpot sebelum menuju ke ruang pembakaran mesin diesel. (Wadrianto 2010). Teknik ini dinilai cukup inovatif karena dapat menyokong suplai bahan bakar solar yang notabene banyak dibutuhkan untuk transportasi di Indonesia.
Untuk jenis biodiesel, telah dikembangkan produksi mikroalga sebagai bahan baku biodiesel dengan memanfaatkan limbah cair agroindustri dari industri peternakan, rumah pemotongan hewan dan industri gula. Kondisi geografis Indonesia dinilai sangat cocok untuk diterapkan teknologi ini. Adapun untuk jenis biogas, seorang mahasiswa Fateta IPB dalam skripsinya, mengembangkan pembuatan biogas dari sampah buah-buahan melalui fermentasi aerobik dan anaerobik. Inovasi ini cukup potensial karena bisa mengurangi sampah perkotaan, selain itu waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh produknya juga relatif singkat dibandingkan dengan tekbologi biogas secara konvensional. (Rahman, 2007)
Semua bahan tersebut bersifat biodegradable dan non-toxic serta rendah emisi sehingga sangat bersahabat dengan lingkungan. Perlu diketahui pula bahwa konversi bahan pangan menjadi energi dapat menyebabkan kerawanan pangan, sehingga diperlukan langkah strategis untuk mengembangkan dan mengoptimalkan peranan pertanian sebagai pemasok energi atau Bahan Bakar Nabati (BBN) tanpa mengorbankan pangan dan keseimbangan ekologi.
Tuntutan kontribusi civitas Fateta
Sebagai insan yang terlibat langsung dalam pemecahan masalah krisis energi, mahasiswa Fateta mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam mewujudkan kemandirian energi nasional. Peran aktif dari mahasiswa dibutuhkan dalam pengembangan energi. Wujud nyata kontribusi tersebut diantaranya yang pertama adalah peran publikasi. Di sini mahasiswa baik secara individu maupun atas nama organisasi harus menggalakkan konversi energi di tengah masyarakat. Selama ini produksi biofuel masih terhambat oleh kesadaran masarakat.
Yang kedua adalah peran inovasi, dimana setiap civitas Fateta diharapkan mampu memberikan terobosan baru yang visioner dan prospektif. Melalui penelitian, PKM, karya ilmiah, praktik lapang, dan aktivitas sejenis bisa menambah referensi kita untuk terus mengembangkan pengetahuan dan teknologi optimalisasi biofuel. Peran ini sangat potensial melihat karya mahasiswa IPB akhir-akhir ini yang semakin membanggakan.
Peran yang ketiga adalah peran kelembagaan. Untuk kemajuan agroindustri, dibutuhkan kelembagaan yang handal dan terlibat dalam jaringan rantai. Di sini peran Fateta adalah sebagai penyedia jasa teknologi melalui kompetensi para ahli yang dimiliki Fateta. Dengan demikian, jaringan rantai yang terbangun bisa berfungsi dengan baik mulai dari penyediaan bahan baku, pengolahan, penyedia jasa teknologi, pembiayaan, serta pemasaran.
Mewujudkan kemandirian energi nasional
Dengan menempatkan Fateta sebagai perintis inovasi, diharapkan dapat tercapai tujuan akhir dari pemecahan masalah energi, yaitu terwujudnya Indonesia yang mempunyai kemandirian dalam penyediaan energi nasional. Dari data di bagian atas tadi, Indonesia masih sangat mengandalkan impor energi dari negara lain, padahal kita sendiri mempunyai potensi untuk mengembangkan sendiri. Impor BBM sebesar 50 juta kiloliter merupakan sebuah ironi. Sedangkan dunia sedang berlomba-lomba mencari sumber energi alternatif, kita mempunyai keunggulan sumber daya yang bisa dimanfaatkan di bandingkan negara lain. Untuk itu perlu disadari bagaimana pentingnya peran suatu institusi pendidikan seperti Fateta IPB untuk berkontribusi nyata mewujudkan Indonesia yang mandiri dalam energi.
Kesimpulan
Pengembangan energi alternatif biofuel sangat potensial dikembangkan di Indonesia dengan melihat kekayaan sumber daya alamnya. Fateta IPB sebagai penggerak utama tercipatanya inovasi-inovasi yang prospektif diharapkan mampu memaksimalkan perannya, baik oleh mahasiswa, dosen, dan seluruh civitas Fateta lainnya. Biofuel hasil inovasi Fateta seperti biodiesel mikroalga, biofuel minyak kelapa, dan biogas sampah buah-buahan bisa dijadikan salah satu solusi untuk kemandirian energi nasional.
Daftar Pustaka
Anonim. 2010. Munas ikatan mahasiswa teknologi pertanian Indonesia V dan seminar nasional bioenergi. (terhubung berkala) http://www.imtpi.org/2010/05/02/munas-ikatan-mahasiswa-teknologi-pertanian-indonesia-v-dan-seminar-nasional-bioenergi-2010/% (27 Juli 2011)
Hayun A., 2008. Prioritas pengembangan energi alternatif biofuel di Indonesia. (terhubung berkala)http://mmt.its.ac.id/library/wp-content/uploads/2008/12/4-anggara-hayun-a.pdf (27 juli 2011)
Muhammad, Djibril. 2010. Peneliti IPB Produks Biodiesel dari Mikroalga Limbah. (terhubung berkala) http://bemfateta.ipb.ac.id/index.php/berita-umum/186-peneliti-ipb-produks-biodiesel-dari-mikroalga-limbah (27 Juli 2011)
Rahman, Ahmad Nofal. 2007. Pembuatan Biogas dari Sampan Buah-buahan Melalui Fermentasi Aerobik dan Anaerobik. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Utama, Tri Dicky. 2010. Terminologi Bahan Baku, Proses, dan Produk Bioenergi. (terhubung berkala) http://dickyutama.blogspot.com/2010/05/dicky-tri-utama-terminologi-bahan-baku.html (27 Juli 2011)
Sekian. . . . Semoga bermanfaat. . . . Ka-Chaw!!
Bogor, 27 Juli 2011
No comments: