Bebas Narkoba sebagai Fitrah Seorang Mahasiswa
Bebas Narkoba sebagai Fitrah Seorang Mahasiswa
Begitu banyak fenomena yang menghampiri kita sebagai mahasiswa. Segala hal terasa mudah untuk diadopsi oleh teenagers, tak terkecuali bahan berbahaya yang kita sebut narkoba. Jika kita bercermin pada kondisi remaja kita, khususnya di Indonesia, kita sebagai insan yang sadar diri pasti meresponnya dengan mengelus dada. Bagaimana tidak, jiwa-jiwa muda yang seharusnya menjadi tulang punggung kemajuan bangsa malah terkapar tak berguna gara-gara terperosok ke jurang narkoba. Kita seakan sudah lelah untuk berprihatin karena fenomenanya begitu menjamur dan terjadi merata dimana-mana. Saya sendiri tidak sepenuhnya setuju bahwa budaya itu dibawa dari negara Barat, pasalnya pemuda di sana walaupun menjunjung tinggi kebebasan namun mereka tetap bisa produktif, kreatif, bahkan inovatif, keren bukan? Atau anda bisa juga membandingkan dengan tokoh 3 idiots dimana budaya minuman keras memang sudah biasa akui. Lalu bagaimana dengan di Indonesia? Rekan-rekan kita banyak yang mendekam di bui karena pengonsumsinya umumnya berujung kriminalitas, itu kah yang kita sebut gaul?
Saya mengutip pernyataan dari seorang konsultan dari negara Arab Saudi berikut ini, “Pecandu narkoba adalah orang-orang mati di tengah-tengah orang hidup, hanya saja rohnya masih tetap menempel pada jasadnya.” Begitu rendahnya perumpamaan bagi seorang pecandu narkoba. Sementara itu di Arab Saudi sendiri sudah diberlakukan hukuman mati bagi para pengedar dan produsennya, dan menurut data statistik upaya itu sangat efektif menekan penggunaan barang haram tersebut. Bayangkan saja jika hukuman seperti itu diterapkan di negara kita, berapa ribu pemuda dan mahasiswa yang seharusnya berstatus sarjana tetapi malah berubah status menjadi terpidana mati?
Banyak orang zalim yang berargumen bahwa masa remaja memang masa yang kritis dan sangat rentan, tetapi hal itu bukan menjadi alasan kita untuk memaklumi fenomena narkoba di lingkungan mahasiswa. Memang benar bahwa orang-orang seumuran kita masih yang bingung terhadap jati dirinya, krisis identitas ini jika tetap dibiarkan begitu saja akan berpeluang dimasuki oleh pengaruh-pengaruh negatif dari luar yang sangat beragam, ibaratnya orang yang sering melamun konon katanya mudah kesurupan. Berawal dari sinilah kita bisa menganalisis upaya yang efektif untuk membantu mengecilkan peluang terjadinya krisis identitas. Sebagai mahasiswa tentu kita membutuhkan informasi tentang jatidiri kita sendiri, dan perlu kita pahami bersama bahwa pencarian jatidiri tidak bisa serta-merta atau instan, tetapi melalui proses yang cukup kompleks. Di sinilah lingkungan mulai memainkan perannya, terutama lingkungan kampus. Di lingkungan kampus yang ideal, seorang mahasiswa bisa dengan mudah menyalurkan minat dan bakatnya di berbagai bidang, misalnya di bidang olahraga, keilmiahan, kepemimpinan, dll. Dengan kegiatan-kegiatan positif seperti itu proses pencarian jatidiri akan sangat terbantu. Harapannya pada suatu waktu nanti seseorang tersebut bisa memahami bagaimana dia harus meniti jalan kehidupan dengan segala potensi yang dimilikinya. Dan tentu saja terhindar dari pengaruh negatif seperti penggunaan narkoba.
Lalu bagaimana dengan definisi gaul yang saya disebut di atas? Kita semua tahu bahwa mendefinisikan sesuatu juga suatu hal yang relatif. Berkiblat pada definisi menurut zaman, arti gaul di kalangan mahasiswa sudah berubah 180 derajat. Cerdas, aktif, prestatif, dan produktif dirasa lebih tepat dalam menentukan ciri mahasiswa gaul. Kita perlu memahami fitrah kita sebagai mahasiswa, dimana banyak diteriakkan julukan kepada kita sebagai agents of change. Sadari bahwa kontribusi kita sangat menentukan arah perjuangan negara tercinta ini, tentu kalian belum lupa dengan janji dan ikrar kita sebagai mahasiswa saat acara-acara masa perkenalan kampus dan sejenisnya. Mahasiswa sejati tak pernah berhenti berkarya, tak pernah mengenal putus asa, tak pernah mudah ditelan masa, dan tentu saja tak pernah tergiur narkoba. Tetap semangat dan terus melangkah! Hidup mahasiswa!
Bogor, 24 Maret 2011
No comments: