Bread For Friends

Bismillah. . . .


Daku kini…., saat nanti

Oleh : *Lintong Simaremare



Sebuah torehan orang tua untuk  anaknya yang akan diberikannya suatu saat nanti…




Saat ini, badanku sudah renta, bukan lagi badanku yang dulu – badan kuat  ayah kebanggaanmu, yang bahu dan lehernya menjadi tumpuanmu. Maklumilah diriku, tetaplah bersabar menghadapi  semakin banyak ketidakmampuanku.



Saat ini, engkau mulai menyaksikan sesuatu yang kotor di hadapanmu karenaku. Bahkan, baru saja air liurku terjatuh tercecer di lantai dan  telah mengotori sepatumu. Maklumilah diriku, ingatlah saat engkau mengajakku bermain di pagi hari, muntah dan mengotori pakaian kerjaku.



Saat ini, daku sering mengulang-ulang terus ucapanku hingga membosankanmu. Bersabarlah, ingatlah di masa engkau meminta daku membaca setiap cerita dongeng yang kuulang-ulang untuk mengantar tidur dan mimpi indahmu.



Saat ini, daku membutuhkanmu untuk melap dan membersihkan  tubuhku. Lakukanlah dengan senang hati, ingatlah bagaimana susahnya membujukmu berhenti bermain agar daku bisa memandikanmu.



Saat ini, daku telah melakukan kesalahan dengan mengenakan bajuku terpasang terbalik di badanku, bahkan sempat terlihat oleh tamumu saat daku melintas dari ruang tamu. Perbaikilah, ingatlah setiap ingin bermain di luar rumah, engkau berkali-kali memasang terbalik sepatumu dan daku selalu memperbaikinya untukmu.



Saat ini, daku sering bingung dan tidak lagi dapat menjangkau pembicaraanmu. Janganlah merendahkanku. Ingatlah cara-cara yang kulakukan untuk menjawab setiap pertanyaan ‘mengapa…?’ yang selalu engkau ajukan saat itu.



Saat ini, kita berjalan bersama, namun daku tidak mampu lagi mengimbangi kecepatan langkahmu. Tetaplah di sampingku, beriringanlah denganku dan ulurkanlah tanganmu. Ingatlah bagaimana engkau belajar berjalan saat itu.



Saat ini, daku sering lupa berbagai peringatanmu, bahkan menggunakan sendok garpu di tanganku. Janganlah bosan mengingatkanku atau mungkin melakukannya untukku. Ingatlah masa kecilmu belajar tentang sendok, garpu, piring dan gelas untuk makanmu.



Saat ini, daku sering mengajakmu duduk bercerita di perapian belakang rumah dekat kandang ayam kita, namun daku tidak mudah lagi mencerna setiap maksud pembicaraanmu, apalagi tentang sekolahmu. Janganlah bosan, perlu engkau tahu sebenarnya topik pembicaraanmu bukan lagi hal yang penting bagiku, asal engkau ada di sisiku, itulah kerinduanku.



Saat ini, kursi roda pembelianmu rusak karena daku salah menggunakannya, harusnya kugunakan rem malah menabrak pot bunga kesayangan istrimu hingga pecah. Janganlah marah, ingatlah waktu dulu suatu malam engkau menangis memintaku membelikan sepeda yang engkau tunjukkan di siang hari tadi. Di pagi hari daku bergegas membelikan sepeda yang mahal itu, namun di siang hari sepeda itu sudah bercerai-berai dan rongsok di  halaman rumah kita.



Saat ini, mungkin daku seolah-olah tidak menghargai usahamu yang membelikanku makanan kesukaanku, karena tidak lebih dari dua sendok makanan yang melewati tenggorokanku. Bersabarlah, ingatlah ketika daku menyuapimu makan, dan engkau setiap kali mencoba memuntahkan makanan sebelum masuk ke perutmu.



Saat ini, bukan lagi seperti dulu daku selalu ada mengajarimu. Daku menua dengan segala kekurangan fisik dan pikiranku. Janganlah bersedih. Tetaplah bersuka cita seperti suka citaku di masa kecilmu. Bagaimanapun masa kecilmu telah menjadi inspirasi dan kekuatan serta hal yang menghiburkan bagiku. Satu hal yang engkau harus tahu… jiwaku tetap seperti dulu, selalu bersorak-sorai ber hip-hip hura ketika bersamamu.



Nanti, jika daku pergi menghadap sang Yang Maha Kuasa, daku akan merepotkanmu lagi dengan segala urusan yang berhubungan denganku dan engkau akan menumpahkan air matamu. Jangan terlalu menangisiku, namun ikhlaskanlah kepergianku dan genapilah sukacitaku. Lakukanlah segala sesuatu untuk pemberangkatanku dengan senang hati. Ingatlah bahwa daku sudah ada gantinya di dunia ini – dirimu – anakku.

Seorang anak tidak pernah memilih untuk dilahirkan, dan orang tua tidak memilih untuk mengalami masa tua-renta. Namun semua itu adalah masa-masa indah buatku, dan semoga juga selalu indah bagimu.

Tulisan ini dibuat untuk dibaca oleh siapa saja yang ingin mengingat masa kecilnya, yang akan mengalami kebersamaan dalam masa tua orangtuanya.  Setiap orang tua menanamkan arti cinta agar kita mengerti mencintai.

A Cup of TeaÒ :

“Merawat masa kecil dan mengurus masa tua adalah dua fase yang sama, dimana kedua fase itu membutuhkan kasih tanpa syarat dari orangtua maupun anak. “



Sumber : http://bread4friends.wordpress.com/2009/01/28/bff107-daku-kini-saat-nanti/

Saya menangis ketika membaca buku “Bredas for Friends” milik temanku. . . Aku banget!!! Love you so much, my dad. . . T.T

Cobalah sebentar merenung, beruntunglah kita yang masih punya orang tua. . . . Selalu masih ada yang tersenyum menyambut kita, ketika orang lain tak memberikannya,. Selalu ada yang mendoakan kita, ketika teman lupa mendoakan kita,. Selalu ada yang merindukan kita ketika teman sedang lupa dengan kabar kita,.

Sadari lah. . . Orangtua selalu berharap yang terbaik bagi kita, so do everything with your best. . . Lakukan semua hal dengan seluruh kemampuanmu. . . Bawa lah kabar gembira bagi orangtua-mu, seakan-akan itu menjadi kabar terakhir yang bisa di dengar orang tua kita. . . Jikalau kita gagal, jangan lah sekali-kali mengeluh di depan orangtua kita, tunjukkan sikap tak pernah menyesal, tunjukkan sikap puas, atas hasil yang mungkin dirasa buruk, karena kita udah “do the best”. . . . Selalu persembahkan yang terbaik untuk orang tua tercinta. . . Selagi kita masih “sempat”. . . .Ganbatte!!! Mada mada dane,.

Semoga menginspirasi. . . . Ka-Chaw!!!

Bogor, 6 Juli 2011

No comments:

Powered by Blogger.