Ber-Tuhan Selain Allah

Kita sepakat, Allah itu Tuhan kita, Dzat yang kita sembah, sekaligus satu-satunya tempat kita meminta pertolongan. Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in. . .

Perlu direnungkan bahwa segala hal bisa saja menjelma menjadi Tuhan bagi manusia.  Di saat tertentu, Tuhan kita Allah. Tapi di saat yang lain, bisa saja bukan Allah. Salah satu yang difirmankan oleh Allah adalah hawa nafsu sebagai Tuhan.

Saat sholat, hanyalah Allah yang menjadi Tuhan kita, itu saja kalau kita khusyu’. Tapi saat kita berbuat baik kepada orang lain, bisa saja posisi Allah sebagai Tuhan tergantikan oleh hawa nafsu. Diantaranya, nafsu ingin mendapat pujian.

Tauhid seseorang bisa naik turun, maka tidak heran kalau dalam sehari kita dituntun bersyahadat berkali-kali. Demi mengembalikan tauhid kita.

Masalahnya adalah bagaimana memastikan bahwa Tuhan kita hanyalah Allah, tidak ada yang lain.

Sering kali ketika kita memper-Tuhan-kan sesuatu yang bukan Allah, apapun kritik terhadap ‘Tuhan’ tersebut akan membuat kita tidak nyaman, tersinggung, marah, dan seterusnya.

Presiden kesayangan kita bukanlah Tuhan, Orang Tua kita bukanlah Tuhan, pendapat orang lain juga bukan Tuhan. Apakah Tuhan-Tuhan yang kita ciptakan tersebut menyaingi sifat Maha Benar yang hanya pantas dimiliki Allah?

No comments:

Powered by Blogger.