Susah Move On, Passion, dan Belajar Bersyukur

Tiba-tiba terbesit oleh suatu memori, ketika melihat tanggal 8/8 (8 Agustus), tapi entah memori apa, dan lama-lama semakin bikin penasaran dengan tanggal sakral itu, mencoba-coba menebak, hari ultah salah satu mantan!! #eh, tapi ternyata bukan, masih kurang 2 hari lagi,. (uuups)

Akhirnya, saat sholat tarawih, oleh bisikan setan yang terkutuk (astaghfirullah) tiba-tiba saya ingat apa memori itu,. Boleh dibilang itu tanggal dimana terjadi salah satu perubahan besar dalam jalan hidupku,. Ketika mengingatnya, ada rasa bahagia, namun juga ada luka, luka yang sebenarnya sangat dalam, dan harusnya tidak usah diiingat-ingat lagi,.

Oke, mari saya ajak memasuki dunia saya 3 tahun lalu, pasti anda pembaca sudah penasaran, cewek seperti apa yang membuat Achor susah move on dalam 3 tahun, (ngaco),. Ini bukan soal cewek, ini soal pilihan hidup,. Hehe,. Wuuusssssshhhhhh. . . (ceritanya bunyi lorong waktu, kira2 begitu)
Tepat 3 tahun yang lalu, aku berdiri di salah satu Hall JI Expo (tempat biasanya ada PRJ), pertama kalinya aku menyanyikan Lagu Kebangsaan “Indonesia Raya” dengan kondisi darah yang mengalir ikut bergetar, bergetar bangga, hormat, takut, sekaligus berani,. Saat itu adalah detik-detik menjelang pengumuman peraih medali Olimpiade Sains Nasional 2009 (OSN 2009), kebetulan tahun itu DKI Jakarta jadi tuan rumah,. Cemas, gugup, takut, deg-degan, semua rasa itu sejenak hilang saat ikut bernyanyi, itulah hebatnya National Antheme, apalagi kalau yang nyanyiin atlet yang mau bertanding ya? Pasti semangat nya terbakar!!


Closing Ceremony OSN 2009


Boleh dikatakan tahun itu adalah puncak karirku selama di SMA,. Perjuangan “nothing is impossible” ini terinspirasi dari mantan kakak kelasku SMP, mbak Desti, tapi beda SMA, bisa dapet medali emas OSN 2008 bidang Astronomi,. Setelah dapet kabar itu, aku langsung kontak dia, dan langsung jadikan dia sebagai mentor-ku, dan dia ikhlas banget, menjalankan peran mentor secara efektif, ngajarin, ngasih tips, ngasih semangat, dsb, walau semua nya via SMS, bahkan jadi orang pertama yang ngasih selamat saat aku dapet Medali Perak OSN bidang Kebumian,.

Event OSN, dimana saya dapet pengalaman dahsyat, berkenalan dengan banyak teman dari pelosok negeri, bahkan nggak nyadar bahwa dulu pernah satu Hotel sama si Hijran (ketua angkatan TIN 47),. Pasca OSN, dapet ucapan selamat dari Pak Gubernur, n mendadak tajir, uangnya bisa buat beli 2 buah motor dengan cash (tapi nggak beli motor jugaaaa lah ya), jadi most wanted, rating kegantengan naik, daya jual meningkat (berasa komoditas apa gitu),. Terlepas dari semua itu, ada satu pelajaran berharga yang bisa saya petik, bahwa slogan atau jargon macam “nothing is impossible”/“dream comes true”/”from zero to hero” itu memang nyata, tinggal kita mau melakukannya atau tidak, tapi yang namanya manusia, iman aja bisa naik-turun, tentu kepercayaan kita terhadap kata-kata motivasi seperti itu juga kadang percaya, kadang tidak,. Kadang kita optimis, kadang juga pesimis, dan kalau lagi pesimis tak jarang keluar cacian “Hidup tak semudah cocotnya Mario teguh”,. Oya, satu hal lagi, pelatihan-pelatihan macam ESQ juga sebenernya nge-efek kok, mungkin di momen yang tepat, serta dalam rentang waktu tertentu,. Saya membuktikan sendiri, dengan mendadak highly confidence saat H-1 keberangkatan ke Jakarta, gara2 ESQ yang diselenggarakan oleh tim persiapan kontingen Jateng,.

Oke, kembali ke alur, awalnya saya merasa inilah passion saya, jalan hidup yang sudah saya retas, menjadi Geologist!! Namun, kegalauan hinggap di hati saya yang labil ini, is it true that Geology is my passion?? Lama-lama pikiran negatif mulai merasuk, Geologi adalah ilmu yang mempelajari something big that it’s power can’t be controlled by humans (sok inggris), lempeng bumi, gempa, tsunami, apalagi?? Segalanya nggak jauh-jauh dari bencana, bahkan yang tadinya sumber uang, sekarang berubah jadi bencana, ya itulah Lumpur Lapindo,. Lebih miris lagi, waktu passion saya masih geologist, saya dan beberapa teman seperjuangan malah merasa senang apabila mendengar kabar terjadi gempa atau gunung meletus di daerah X, what the hell??!! Karena dari peristiwa seperti itulah kami yang masih cetek ilmunya, berlomba-lomba menganalisis bencana tersebut, apakah itu manusiawi? Dalam hati saya berontak,. Tapi mungkin ini cuma perasaan saya secara individual saja, bukan kolektif,.


Gunung meletus
Gempa Bumi di Peru
Hurricane
Pikiran negatif lain, sejujurnya saya sudah melirik IPB sejak awal masuk SMA, kayaknya keren, ilmu pertanian tuh bener-bener “dekat” di mata masyarakat umum, aplikatif, dan memiliki penjelasan-penjelasan yang lebih simple,. Rasanya enak bisa menguasai bidang pertanian, bisa dengan mudah kita dijadikan bahan pembicaraan, bisa bercerita ini-itu banyak sekali, semua-semua-semua (loh kok malah nyanyi Doraemon),. Sedangkan kalo geologi? Nggak semua orang ngerti n tertarik mbahas gempa dkk yang notabene adalah disease, pun kalau kita membahas tentang tambang, akhir-akhirnya merujuk pada masalah-masalah sensitif macam freeport, chevron, petronas, dkk,. Itu salah satu pikiran negatif yang mempengaruhi saya,.







Puncaknya adalah, saat saya disodori oleh lembaran surat undangan mengikuti Pelatnas IESO (International Earth Science Olympiad), saya menolak tawaran tersebut dengan tegas!!

Terlihat nama ku dan SMA ku tercetak, bertanda stabilo hijau, menjadi salah satu peserta karantina tim Indonesia yang akan berangkat mengikuti IESO 2010,. Kontan keputusan kontroversialku menuai banyak kecaman dan aksi protes, nggak terkecuali sang Kepala Sekolah,. Saya masih inget hari dimana saya dipanggil ke ruang KepSek, disidang, diintimidasi, menjalani negosiasi panjang, dan sampai akhirnya Pak Khamid (Kepsek saat itu) menyerah untuk membujuk saya mengikuti undangan tersebut,. Bermacam alasan yang saya lontarkan, mulai dari “nggak suka sama geologi lagi pak”, “saya ingin nglanjutin ke ilmu pertanian di IPB pak”, “ saya nggak pengen menghabiskan masa-masa terakhir saya di SMA cuma untuk kompetisi pak”, bahkan “saya nggak mau LDR-an pak” (#eh, yang ini bohong, hehe),. Nggak cuma Kepsek, guru-guru juga melancarkan aksi terornya pada saya, dari yang sekedar tanya, sampai yang frontal nyindir dengan nada marah, fuuuhhh,.

FYI, event IESO merupakan ajang international yang diadakan setiap tahun, dan kebetulan waktu itu IESO 2010 diadakan di Yogyakarta, Indonesia, dengan UGM sebagai fasilitator,. Tim IESO Indonesia sendiri akan diseleksi dari sekitar 30-an peserta OSN peraih medali dan beberapa peserta hasil rekomendasi,. Sistem seleksinya adalah eliminasi secara bertahap, total waktu karantina sekitar 4 bulan, dengan hasil akhir adalah 8 orang terbaik yang tersisa,. Dengan prestasi saya yang menduduki peringkat ke-7 Nasional, mungkin boleh dibilang peluang saya lolos masih cukup besar,.

Ada faktor kekanakan yang saya rasakan, dimana saya sangat kecewa kenapa di tahun 2010 pas banget kebetulan Indonesia jadi tuan rumah, tentu bukan aneh lagi kalau seorang siswa biasa mengikuti ajang internasional, yang paling dibanggakan adalah : ke luar negeri cuy!!! Itu sifat childish saya, karena saya menambahkan pemikiran itu sebagai alasan kenapa saya malas ikut seleksi tim IESO,. Bayangkan saja, 2008 Korea, 2009 Taiwan, 2011 Italia, 2012 Argentina, kenapa 2010 Indonesia??!! T.T

Ok, akhirnya IESO saya lepas, sembari meminta maaf kepada teman-teman seperjuangan (kontingen Jateng yang dapet medali) barangkali keputusan saya mengecewakan mereka, atau malah justru menguntungkan karena saingan mereka di IESO berkurang satu? Tak apalah,.


Kontingen Indonesia di IESO 2010
Bulan-bulan berikutnya, tawaran universitas mulai berdatangan,. Yang paling pertama adalah Universitas Multimedia Nusantara yang rektornya Pak  Yohannes Surya (pakar Fisika dunia), diundang masuk tanpa seleksi dengan potongan biaya kuliah, tapi dipikir-pikir saya nggak begitu berbakat di bidang IT,. Tawaran berikutnya dari ST Telkom Bandung, penawaran nya mirip, tapi lagi-lagi saya ngrasa nggak sreg,. Tawaran ketiga dari Universitas Brawijaya, masuk tanpa seleksi dan bebas milih jurusan apa saja, sudah jaminan diterima, awalnya tergiur, mikir-mikir, menggalau, dan seterusnya,. Tapi akhirnya dilepas lagi, sama seperti tawaran lainnya,. Tawaran terakhir datang dari ITB, tapi harus seleksi, uji kelayakan lah istilahnya, khusus jalur prestasi olimpiade, tapi lagi-lagi saya tidak mengambil kesempatan itu,. Saya tetep kekeuh dengan keinginan masuk IPB,. Begitu setia-nya kan??

Celaka nya yang sekarang terjadi adalah akhir-akhir ini saya sering merasa tersesat, parahnya lagi berkurang kecintaan saya terhadap TIN, bagaimana dulu saya SMA menyumpah-serapah pelajaran KIMIA, namun sekarang harus menelan materi semacam PDRP dan Satop,. Mungkin banyak juga teman-teman saya yang salah mengira apa itu TIN, tapi bagi saya ini semacam rasa sakit dan menyesal yang sangat mendalam,. Bagaimana mungkin passion bisa berbalik hanya karena kesalahan informasi? Jujur, mending saya menghafal kandungan mineral ribuan jenis bebatuan di bumi daripada mencoba menalar perhitungan Kimia,, hadeehh,,

Dan sekarang melihat teman-teman lain yang melanjutkan kuliah di jurusan teknik geologi, pertambangan, perminyakan, meteorologi, dsb, yang benar-benar memanfaatkan kesempatan emas yang didapatnya selama SMA, sampai sekarang mereka kelihatannya masih enjoy, jalan hidup mereka seakan “lebih mudah”, membuat saya iri, haruskah dulunya saya mengambil kesempatan itu agar jalan hidup saya lebih mulus? Pikiran-pikiran negatif nan melemahkan itu kembali menghantui saya,.

Intinya, saya yang sudah berumur 20 tahun masih galau dengan passion saya, dan menurut saya ini benar-benar fatal dan nggak boleh terjadi,. Envy banget saat liat teman-teman di dunia nyata maupun di dunia maya yang menggebu-gebu menjalani aktivitas di bidang yang sangat dicinta,. Anda tau sendiri, akan berbeda jauh output suatu pekerjaan yang dilakukan dengan passion dan tanpa passion,.

Sempat saya menemukan pembelaan yang cukup logis, orang-orang Geologi di Indonesia, sampai saat ini masih terkendala dengan terbatasnya riset, kaitannya dengan pembiayaan, pasti lah butuh anggaran yang sangat besar,. Miris juga melihat alat-alat pendeteksi dini gempa hasil ciptaan mereka, yang sering tak berfungsi, tak terawat, dsb,. Di satu sisi seolah-olah mereka do nothing, sia-sia, muspro kalau bahasa jawanya,. Memang sih ahli geologi sangat berguna dalam melakukan eksplorasi sumber tambang baru yang ekonomis, tapi di Indonesia bidang tersebut masih banyak berkiblat pada teknologi negara asing,. Belum lagi perusahaan nya yang juga dimiliki oleh asing,.

Sangat berbeda dengan TIN, yang secara teoritis “katanya” bisa menciptakan negara Indonesia yang mandiri,. Dengan bahan baku melimpah, teknologi lebih sederhana, dan biaya riset yang jauh lebih murah dibanding riset geologi, belum lagi faktor SDA terbarukan dan ramah lingkungan,. Sampai sekarang, ini merupakan pembelaan yang paling tepat menurut saya,.

Dengan menulis cerita ini memang membuka luka lama, tapi setidaknya saya bisa memotivasi diri sendiri, saya harus memaksa diri sendiri untuk lebih menghargai studi saya di TIN, dengan melihat masa lalu bahwa pilihan ini saya pilih dengan pengorbanan dan spekulasi tingkat tinggi, yang jelas-jelas kesempatan itu nggak datang dua kali,. Dari sini juga saya harus banyak belajar tentang arti bersyukur dan menerima, terlebih ini adalah keputusan saya sendiri,.

Di TIN, apa sih yang masih kurang? Departemen dengan rating nomor wahid, di Fakultas ter-keren IPB, program studi dengan jumlah dosen ber-gelar Professor terbanyak di Indonesia, Kadept-nya Terbaik no.1 Nasional, teman-teman yang asik, seru, cantik-cantik (#eh), dan pinter2,. Prospek kerja bagus, alumni banyak yang sukses, walaupun begadangnya nyiksa n kantinnya mahal, haha,. Yang saya butuhkan sekarang adalah something yang punya magnet luar biasa untuk menarik jiwa raga ini, agar mampu menunjukkan “totalitas” saya dalam belajar di TIN, entah, apa pun bentuknya something itu,.

Saya tidak mengatakan saya tidak bahagia di TIN, hanya saja semua orang tau bahwa hidup ini akan terasa lebih indah jika bisa mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan passion-nya,. Kadang timbul juga sombong di hati, belum passion aja udah gini bagus akademiknya, apalagi udah passion?? Haha, itu teori lemah yang ecek-ecek, sebatas joke,.

Doakan dan dukung saya agar segera menemukan passion yang sebenarnya, karena sebagai manusia normal, saya juga ingin seperti anda sekalian, berguna bagi orang-orang di sekitar saya, terlebih bagi bangsa dan negara, amin,.

Terima kasih sudah membaca keluh kesah saya yang panjang lebar ini, bila ada hal yang perlu didiskusikan, segera saja hubungi saya,. Sekarang saatnya kita kembali ke masa sekarang, Wuuusssssshhhhhh. . . haha, ternyata anda masih ingat bunyi dari lorong waktu buatan saya,.

Manusia yang bijak adalah mereka yang bisa memaknai setiap masalah menjadi pelajaran hidup berharga, bahwa setiap keputusan pasti ada resikonya, dan apapun yang terjadi kita tak boleh pernah putus untuk bersyukur, sebagai manusia kita harus terus berjalan ke depan, membuktikan bahwa keputusan kita ini adalah yang terbaik, walau pun ada keragu-raguan di tengah perjalanannya,.

Sekian. . . . Semoga menginspirasi. . . . .

Ka-Chaw. . !!!

Pekalongan, 8 Agustus 2012

No comments:

Powered by Blogger.