Refleksi 2017

Tadi pagi pas bangun tidur, gue baca saran dari mba Kalis idolaque untuk bersyahadat, karena semalem kita udah menyerupai suatu kaum, katanya merayakan tahun baru itu budaya majusi, apa yahudi ya? bodo amat Lupa. Nggak penting juga sih. Yang penting tahun baru adalah momentum baik untuk mempersiapkan strategi menghadapi kehidupan yang semakin ruwet ini.

Setahun ini berlalu dengan cepat, seperti biasanya. Tapi kerasa banget impact-nya dalam hidup gue. Banyak yang berubah, banyak yang terjadi. Gue nulis ini, biar gue bisa evaluasi, apa yang akan gue lakukan di tahun 2018, biar jadi manusia yang lebih baik lagi.

#Karir
Gue merasa sudah mulai menemukan passion dalam kerjaan, yaitu bidang Data Analytics. Gue enjoy banget di kerjaan gue sekarang, Alhamdulillah. Emang dasarnya dari kecil gue suka kemewahan kompleksitas, apalagi gue orangnya suka mikir. Istilah-istilah 'keren' seperti Big Data, Statistic Model, Machine Learning, Artificial Intelligence sangat menarik perhatian gue.

Dari situ gue juga jadi terobsesi banget dengan data & statistik. Misalnya, sekarang gue lagi mikirin kenapa angka perceraian di indonesia cukup tinggi (1 dari 5 pasangan), ditambah angka balita stunting/kurang gizi yang mencapai 1 dari 3 balita, kira-kira dari dua fakta itu ada hubungannya gak ya? apakah penyebabnya sama? Semacam itulah. Tapi itulah asyiknya, gue jadi banyak bahan untuk mikir, karena hobi gue itu salah satunya ya mikir. Termasuk mikirin kamu

Di tahun ini, gue menargetkan buat nambah skill teknikal data programming dan konsep statistik. Goalsnya, biar nilai jual gue naik, someday 3-5 tahun lagi gue pengen kerja di industri lain, yang pace-nya lebih dinamis, kayak di start-up misalnya. Pokoknya keluar dari industri bank yang katanya penuh gengsi riba ini.

#Spiritual
Ini yang menarik. Gue agak menyesal kenapa baru kenal dengan ajaran tasawuf. Tasawuf ini pada intinya melatih penghayatan ibadah menggunakan perasaan dan hati. Di samping itu, tasawuf adalah senjata utama dalam jihad terbesar umat islam, yaitu memerangi diri sendiri, lebih tepatnya hawa nafsu. Gue belajar mengenali bentuk-bentuk hawa nafsu gue sendiri, biar nggak mudah tertipu. Kadang kita merasa banyak melakukan kebaikan, tapi sebenarnya cuma mengikuti hawa nafsu. Kadang orang-orang merasa melakukan dakwah, tapi sebenarnya sedang mempertontonkan kesombongan.

Salah satu bentuk hawa nafsu gue adalah, gue orangnya suka komentar sok pinter di medsos, apalagi di twitter, makanya sekarang gue lagi puasa nge-tweet, gue lagi menantang hawa nafsu gue sendiri. Selanjutnya, gue komitmen untuk melakukan ibadah-ibadah yang kurang gue suka.

Perkembangan lain, untuk sementara gue memutuskan untuk mengurangi belajar Fiqh / hukum islam. Gue merasa pondasi pemahaman gue belum siap, gue khawatir kena efek samping akibat kebanyakan belajar Fiqh, yaitu mudah menyalah-nyalahkan orang lain. Tren kita sekarang kan gitu, seakan-akan istilah 'memperdalam agama' itu yang dimaksud cuma ilmu Fiqh. Akibatnya di ceramah-ceramah ustadz youtube, pas sesi tanya jawab selalu penuh dengan pertanyaan "Apa hukumnya....?"
Alih-alih ngikutin ustadz medsos, gue lebih nyaman untuk belajar dari yang ilmunya lebih 'tinggi', semacam Gus Dur & Cak Nur (Nurcholis Madjid) melalui esai-esainya, Cak Nun dengan komunitas Maiyah-nya, Prof. Quraish Shihab dengan Tafsir Al Misbah-nya.

#Finansial
Nabung? Investasi? Tahun lalu gue nggak terlalu bagus untuk dua hal itu. Maksud hati ingin menabung buat biaya make-up resepsi, duit malah terbuang untuk hedon. Tapi setidaknya gue udah mulai investasi di emas dan deposito. Dua jenis investasi itu paling nyaman buat gue saat ini dan mungkin beberapa tahun ke depan. Tahun ini tinggal di-maintain aja habit nabungnya.

#Literasi
Segmen literasi menurut gue penting banget. 
Jika gue ditanya apa yg bisa membuat negara ini makin maju, maka sudah pasti gue jawab BUDAYA MEMBACA. Membaca adalah membentuk pola pikir, menghubungkan titik-titik pengetahuan, connecting the dots. Coba deh kepoin biografi tokoh-tokoh besar dalam peradaban manusia, tidak ada diantara mereka yang tidak hobi membaca.

Tahun lalu, Book of The Year gue adalah Otobiografi Bung Hatta "Untuk Negeriku". Setidaknya, ketika ada yang nanya siapa idolamu? Gue jawab Bung Hatta.
Untuk tahun ini gue sudah punya tema-tema buku yang bakal gue baca : Psikoanalisis, Sejarah Politik di Indonesia, Koperasi, Kapitalisme, dan Perkembangan Islam di Indonesia. Dan satu lagi, Buku Nikah. Uhuk.

#Kesehatan
Ada yang signifikan yang telah gue capai tahun lalu, gue udah terbiasa makan tanpa nasi/karbo. Hanya protein dan sayur. Awalnya struggling banget, tapi Alhamdulillah, nafsu memakan nasi udah gue jinakkan. Ini juga termasuk program spiritual gue, kalo dalam istilah jawa namanya tirakat. Kalo tahun ini bisa ditambah dengan olahraga rutin, maka hidup sehat gue akan tercapai, bersiap untuk Say Goodbye perut buncit.

Oke. Karir udah dibahas, Finansial udah. Kesehatan udah. Kalau di rubrik ramalan zodiak, kurang segment apa hayo?

Yak betul, asmara, xixixixi~
Tahun lalu kayaknya gue kena karma, terbang tinggi di angkasa lalu dijatuhkan ke bumi sejatuh-jatuhnya. Hadeeh~
Dikhianati oleh orang yang nggak punya potensi untuk berkhianat, adalah hal yang jauh dari ekspektasi gue. Tapi itu pelajaran berharga. What doesn't kill you, will kill you later, gitu kan ya?

Yah begitu lah tahun 2017, mohon maaf ya kalau ada salah-salah. Gue berharap di tahun yang baru ini, kita semua jadi makin menyadari untuk apa kita diberi kesempatan hidup di dunia ini. Peran apa yang mesti kita lakukan, biar bisa jadi alasan kita untuk dibolehkan kekal di surga.

No comments:

Powered by Blogger.