Mindset Berorganisasi : Sepi ing Pamrih, Rame ing Gawe

Bismillah. . . .

Saat ini status Lembaga Kemahasiswaan (LK) IPB sedang dalam masa transisi, pergantian kepengurusan,. Banyak fenomena yang terjadi, dan itu siklus tahunan, mulai dari Pemira, Demisioner, Pelantikan, Open Recruitment, RG Perdana, Musyawarah Kerja, Sidang Umum, dll. Saya termasuk menjadi “pemain” dalam fenomena-fenomena tersebut,. Bagaimana saya menjalani demisioner, pencalonan ketua Himpro, kampanye, pemilihan, pelantikan, dan seterusnya-dan seterusnya,. Khusus di IPB, tahun ini terjadi gejolak di tingkat KM yang menyebabkan semua LK KM IPB was-was, jangan-jangan tahun depan semua LK dibekukan, itu mimpi buruk! Tapi alhamdulillah sekarang semuanya telah terkendali,.



Dalam filosofi orang Jawa, ada yang namanya “Sepi ing pamrih, rame ing gawe” (lebih banyak bekerja, daripada mengharap imbalan), yang maknanya adalah dalam melakukan sesuatu hendaknya kita tidak terlalu memikirkan apa yang akan kita dapat, akan tetapi melaksanakan apa yang sudah menjadi tugas. Dalam bekerja kita tidak terlalu memikirkan imbalan. Poin yang dituntut dalam filosofi ini bagaimana kita melakukan sesuatu dengan kesadaran tinggi untuk berkarya berlandaskan keikhlasan. Filosofi ini cocok diterapkan dimana pun, terlebih lagi di Organisasi Kemahasiswaan yang notabene tidak mendapat imabalan/gaji,.

Seorang pengurus yang menjalani kiprahnya di sebuah organisasi mahasiswa, hendaknya tidak berharap pujian dan imbalan baik yang berupa materi maupun non-materi, misalnya hak,. Bukankah pujian itu hanya udara yang bergetar dan hilang begitu saja? Bukankah imbalan dari manusia itu hanya berlaku di dunia saja dan tidak berguna di akhirat? Ketika kita menerapkan prinsip Sepi Ing Pamrih Rame Ing Gawe, sudah barang pasti kita tidak koar-koar menyebutkan kebaikan- kebaikan kita dan menyebut-menyebut kekurangan orang lain. Karena mungkin orang lain yang kita anggap kerjanya kurang itu malah lebih banyak kerja dari pada kita. Mungkin orang lain yang kita anggap tidak tahu, malah sebenarnya lebih tahu,.

Setelah dua hari mengikuti Musyawarah Kerja LK se-IPB kemarin, saya malah merasa prihatin dengan organisasi ini,. Di saat beberapa himpro lain sudah siap take off, kita masih merenovasi landasan pacu,. Organisasi ini masih dilanda berbagai masalah internal, yang tentunya berpengaruh pada stabilitas kepengurusan,. Jika nilai-nilai profesionalisme belum dipegang teguh, kapan organisasi ini bisa maju?

Kembali ke mindset berorganisasi, apa sih niat awal kita saat memutuskan untuk masuk organisasi? Sarana pembelajaran, oke,. Ingin memberikan kontribusi,, oke,. Tidak ada yang salah kalau masih dalam konteks meng-upgrade diri,. Jangan sampai niatan kita berubah menjadi pamrih,. Prinsip seperti itulah yang perlu ditanamkan sejak memulai berorganisasi, setiap kader wajib diberi inputan yang positif bagaimana mindset berorganisasi yang baik,.

Mungkin organisasi seperti Himpro mempunyai kultur yang berbeda, itu bisa dimaklumi, karena organisasi ini didirikan dan diwariskan turun-temurun,. Tapi, ada penyalahgunaan di dalam prinsip senioritas, yang membuat sistem yang benar menjadi dianggap salah,. Menuntut hak, masih merasa punya wewenang, minta diperhatikan, dan sebagainya, kadang dilakukan secara berlebihan,. Dan yang saya sayangkan, sikap seperti itu membuat seseorang memandang suatu keputusan yang objektif, dianggap tidak berperasaan,.

Salah satu teman saya, mengatakan “gw sih nggak masalah dapet posisi dimana, yang penting gw masih bisa berkontribusi untuk membangun Himalogin”, ah, andai semua orang sepertimu,. Ingat, organisasi kemahasiswaan ini bukan milik siapa-siapa, kita hanya punya kewajiban untuk melanjutkan perjuangannya. Jadi, aplikasikanlah mindset : Sepi ing Pamrih, Rame ing Gawe,. :)



Semoga menginspirasi. . . .

Bogor, 28 Desember 2012

No comments:

Powered by Blogger.