OMDA : Tempat Belajar Ikhlas untuk Mengabdi

Bismillah. . . .

OMDA : Tempat Belajar Ikhlas untuk Mengabdi
Oleh :
Moh. Achor Mardliyan – Wakil Ketua IMAPEKA (Ikatan Mahasiswa Pekalongan-Batang) IPB 2011-2012

Di kampus ini, begitu banyak dan berserakan Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA),. Hal ini merupakan efek dari pemerataan kesempatan belajar oleh IPB, sehingga mahasiswa yang diterima berasal dari berbagai pelosok daerah,. Mengesankan sekali saat pertama registrasi disambut oleh banyak marka bertuliskan nama daerah-daerah, yang dipegang oleh kakak-kakak mahasiswa demi menyambut adik-adiknya,.

Dulu awal-awal TPB saya termasuk orang yang acuh terhadap organisasi ini, nggak begitu penting pikir saya,. Tapi dua tahun kemudian (tepatnya hari ini, 2 September 2012) saya mendapat Award anggota IMAPEKA “Terniat”, mungkin artinya paling banyak kontribusinya atau semacam itulah, nggak ngerti,.
Logo IMAPEKA IPB
Dari namanya, sama-sama mengandung kata “organisasi’, namun sadarkah kita apa perbedaan antara OMDA dengan organisasi/LK lainnya? Seperti yang dikatakan Pembina IMAPEKA, sekaligus Dekan FEMA, Pak Arif, bahwa OMDA diikat oleh suatu ikatan primordial, bukan berdasarkan aturan-aturan formal,. Ya, sekali lagi, primordial, satu kata yang banyak berkaitan dengan kedaerahan, kekeluargaan,. Kata-kata itu pula yang menjadi asas berdirinya perkumpulan ini,.

Berbeda asasnya, berbeda pula permasalahan yang dihadapi dibandingkan dengan organisasi lain,. Sebagai gambaran, kegiatan yang masuk dalam program kerja OMDA IMAPEKA tidak jauh-jauh dari aktivitas HRD, mulai dari rekruitmen anggota baru, Siang Keakraban, Malam Keakraban, Megono-an, kumpul Rutin, Buka Bersama, Halal Bihalal, Olahraga Bareng, dsb,. Ada juga program lainnya seperti Goes To School, Seminar Pertanian, Canvassing, Try Out UN, Gebyar Nusantara,. Teorinya, dengan bejibunnya kegiatan HRD, harusnya asas kekeluargaan yang kita junjung akan semakin kuat dan semakin solid, namun kenyataannya? Justru kekeluargaan-lah yang menjadi masalah klasik, yang justru lemah, menjadi aib bersama, di setiap angkatan pasti ada saja orang-orang yang tak peduli dengan teman-teman se-daerahnya, ironis memang,. Tapi, kenapa bisa terjadi demikian?

OMDA sering menjadi organisasi pesakitan, ditinggalkan oleh pengurus-pengurusnya, itu wajar, karena OMDA tak bisa memberikan apa-apa, tidak bisa memberikan bentuk penghargaan yang layak seperti sertifikat atau plakat, bahkan menjadi Ketua OMDA, disegani dan bertambah wibawa pun tidak, jika dibandingkan dengan BEM atau UKM yang mentereng,. Momen paling #JLEB yang pernah saya saksikan adalah, ketika seorang teman saya diwawancarai di forum terbuka (semacam debat, tapi lupa siapa orangnya dan saat forum apa), saat  ditanya sibuk di organisasi mana, teman saya menjawab beberapa organisasi, diantaranya OMDA, kontan si penanya langsung memotong "Kalau OMDA mah nggak usah dihitung",.

Belum lagi berbagai kendala yang sering dihadapi, misalnya tidak ada budget/anggaran dari Direktorat Kemahasiswaan untuk melaksanakan program kerja, sehingga harus terus memungut iuran dan iuran, dan mungkin itu menjadi salah satu penyebab munculnya rasa enggan mengikuti kegiatan OMDA, yang notabene selalu ditarik iuran,. Masalah lain, terbatasnya SDM, karena bagi seorang mahasiswa yang memiliki “kemampuan lebih”, pasti lebih memilih aktif di LK kampus seperti BEM, UKM, DPM, dan Himpro,. Jadilah pengurus OMDA yang biasanya kurang pengalaman memimpin dan mengatur keseimbangan organisasi, diperburuk dengan kemampuan orasi dan mempengaruhi orang lain yang kurang,. Ditambah lagi sikap tidak peduli dari orang-orang yang sebenarnya sudah lihai dalam urusan organisasi,. Lengkap sudah, OMDA semakin terlupakan,.

Otak kita sudah terbiasa dengan hitung-hitungan dan logika, kerja keras dibayar dengan uang, prestasi dibayar dengan penghargaan, dibayar dengan kenaikan derajat, dibayar dengan kekuasaan dan wewenang,. Dan semua itu tidak bisa dibayar oleh OMDA,. Lantas apa yang bisa menyelamatkan hidup OMDA? Solusi mutlak untuk keberlangsungan OMDA adalah semangat pengabdian yang ikhlas, tanpa dibayar apa-apa,.

Walaupun setiap program kerja selalu berat (kekurangan SDM), namun seharusnya segelintir orang yang peduli tersebut tetap memelihara asas kekeluargaan dalam bentuk sekecil apapun, entah itu melalui perhatian atau simpati,. Gunakan OMDA sebagai tempat belajar untuk mengabdi secara ikhlas,.

Detik-detik lengsernya pengurus IMAPEKA 47 semakin dekat, ditambah dengan terpilihnya Ketua IMAPEKA yang baru, membuat saya mendadak ingin berbagi cerita ini,. Besar harapan saya agar sifat kekeluargaan di IMAPEKA semakin kuat, tentu hal ini harus menjadi bahan renungan bagi kita mahasiswa daerah pekalongan dan sekitarnya,. Saya mengajak semua anggota dan Alumni IMAPEKA untuk bareng-bareng menghidupakan kembali IMAPEKA, buktikan bahwa IMAPEKA tidak hanya rame saat Mudik Bareng dan Balik bareng doang!!

Ikatan batin antar teman se-daerah itu mirip dengan perasaan  senasib, sepenanggungan, dan seperjuangan,.

Sekian, semoga menginspirasi. . . . .

Ka-Chaw!!

Bogor, 2 September 2012

No comments:

Powered by Blogger.