Fenomena Bencana “KRS” di IPB

Bismillah. . . .
Fenomena Bencana “KRS” di IPB

Bagi saya mahasiswa semester 3, yang baru saja akan masuk ke jurusan masing2 (setelah digembleng di tahun pertama dengan ilmu2 dasar), fenomena KRS-an pertama kali saya alami hari ini,. Ternyata subhanallah sekali, ini bakal menjadi fenomena tak terlupakan bagi mahasiswa IPB semester 3 ke atas,.

Perlu diketahui, IPB menggunakan kurikulum sistem mayor-minor, yang bertujuan menjadikan mahasiswanya memiliki multi-kompetensi,. Mayor adalah kompetensi di jurusan masing-masing, sedangkan minor adalah kompetensi dari jurusan lain,. Di tiap semester, seorang mahasiswa boleh mengambil mata kuliah yang berada di luar jurusannya, tapi tentu saja mata kuliah tersebut kuotanya terbatas, hanya disediakan beberapa kelas,. Nah, kurikulum seperti inilah yang membuat para mahasiswa menjadi rempong,. Kami bingung mau ngambil mata kuliah minor apa, sedangkan saat periode penyusunan KRS, tiap mahasiswa balapan untuk mendapatkan beberapa mata kuliah yang favorit dan gampang dapetin nilai bagus, so benar-benar harus berjuang untuk rebutan!!



Dalam penyusunan KRS, IPB menggunakan sistem online, sehingga penyusunan dapat dilakukan dimana saja asal terhubung dengan koneksi internet,. Sayangnya, server krs.ipb.ac.id terlalu kecil untuk melayani 12.000 mahasiswa dalam periode KRS selama satu minggu,. KRS baru dibuka hari senin 8 Agustus jam 9 pagi, tapi sejak beberapa jam sebelumnya mahasiswa udah standby di depan komputer bersiap-siap untuk “balapan” merebut mata kuliah tertentu,.

Dan saat waktu-waktu inilah yang membuat saya takjub dengan fenomena yang saya lihat,. Pagi tadi saya berniat ke kampus jam 8, untuk ke rektorat mengurus persyaratan beasiswa,. Saat di jalanan deket kampus, (Bateng n Bara), semua warnet penuh, tak ada kursi kosong, padahal asal anda tahu di jalanan itu tiap 5 meter pasti ada 1 warnet,.
Saat saya mulai memasuki area kampus, mahasiswa dengan jumlah bejibun “lesehan” di koridor-koridor gedung, asyik dengan laptopnya,. Mereka semua beradu nasib, berebut sinyal wi-fi, dan tentu saja berebut mengambil mata kuliah minor dan Supporting Course,. Sungguh benar-benar pemandangan yang tak lazim,. Semua area yang terkena sinyal wi-fi penuh sesak oleh mahasiswa,.
Saat di perpustakaan, saya juga terheran-heran, tumben banget perpus penuh, dan penuhnya bukan karena dipenuhi pembaca, tapi penuh karena berebut sinyal wi-fi di dalam perpus yang lumayan kenceng,.

Karena servernya tak memadai, maka hal yang terjadi adalah web krs.ipb.ac.id overload, tak bisa diakses, atau lebih tepatnya sangat sulit diakses,. Jika di data, mungkin tiap 10 kali klik tombol “reload”, barulah akun KRS seorang mahasiswa bissa diakses,. Namun, pengisian KRS juga butuh waktu lama, misal koneksi lancar pun akan memakan waktu bisa sampe setengah jam sambil mempertimbangkan jadwal kuliahnya dan sebagainya,. Nah, kalau terjadi overload seperti ini, mahasiswa akan sangat kesal karena memakan waktu banyak untuk mengisi KRS, bisa sampai 4 jam, apalagi di warnet yang notabene bayarnya per jam, pasti tambah jengkel lagi,.

Ya, rata-rata muka para mahasiswa baik yang di kampus pakai wi-fi maupun yang di warnet memperlihatkan muka suram dan cemas,. Sehingga tak salah jika saya menyebut fenomena ini sebagai “bencana”.
Seharusnya, pihak IPB mulai melakukan renovasi terhadap server web-nya, agar bisa diakses oleh sekitar 12.000 mahasiswa secara bersamaan,. Kita berdoa saja, semoga nggak sampai begadang untuk berusaha mengakses akun KRS, amiinn,. Tetep semangat para pejuang pertanian!! IPB jaya!! ^^ :D

Sekian. . . Semoga bermanfaat. . . Ka-Chaw!! ^^

Bogor, 8 Agustus 2011

No comments:

Powered by Blogger.